Oke. Stase ini cukup berkesan
sepertinya. *secara dulu sempat pernah kepengen PPDS bagian ini*
Dulu namanya
anestesiologi dan reanimasi. Tapi karena konon katanya definisi harafiahnya reanimasi
itu “menghidupkan lagi”, maka, namanya diganti jadi Anestesiologi dan Terapi
Intensif. Begitu ceritanya. *lho, segitu doang? Haha*
Stase ini
keren, dengan residen yang keren. Residennya mandiri sekali lho.. jarang sekali
meminta tolong (baca: nyuruh) koas ini itu. Paling-paling hanya antar-jemput
resep dan obat ke apotek dan OK (baca: operatie
kamer – kamar operasi), kemudian memeriksa pasien konsulan yang nantinya
juga dilihat ulang oleh residen. Hmm, itu juga termasuk nyuruh sih, tapi gak
separah residen-residen bagian besar yang heboh (contoh: obg*n dan b*d*h –
terparah se-rumah sakit nih) hehe.
Selain itu,
residen anestesi juga punya sifat dan pembawaan yang tenang, peka terhadap
suara-suara baik di monitor vital sign di ruang resusitasi (RR) maupun di dalam
OK. Karena saat saturasi turun, maka nada yang didengar jadi turun juga. Kasarannya,
tanpa melihat pun, residen sudah tahu dari bunyinya, haha. Dan gue pun sekarang
juga jadi agak peka mendengar suara-suara seperti itu.
Pembawaan tenang
itu sepertinya sifat mutlak residen anestesi. Kalau ada pasien datang di RR,
yang biasanya kondisinya tidak mungkin dalam keadaan umum yang baik, maka
residen yang jaga harus segera bertindak cepat. Pasang ET kek, pasang sungkup
dan mulai bagging kek, RJPO kek, epinefrin kek, kasih sulfas atropin kek,
ngapain kek, asal jangan malah terpesona aja. Bayangkan, kalau ada pasien apneu
atau dispneu, kalo residennya ikut panik bagaimana coba? Haha.
Nah, (ini part
terpenting dalam tulisan gue, haha) gue belum punya sifat tenang kayak gitu,
yang diperlukan oleh residen anestesi. Dan gue ga punya tangan besar (penting
nih) buat nyungkup (baca: bagging) pasien yang lagi dilaksanakan general
anestesi (GA) (FYI: pasien GA itu pernapasannya lumpuh, jadi anestesiologis
harus membackup napas pasien sampai pasien bisa napas spontan lagi, which is mendekati operasi selesai,
hehe).
Gue jadi inget
anestesiologisnya Team Medical Dragon, Arase Monji, yang ahli nujum berat
badan. Tanpa ngukur dan nanya dulu, Arase bisa memperkirakan berat badan orang
dengan sangat tepat. Gilee, keren banget ya.. apalagi masalah itung-itungan,
keren banget, dosisnya ga pake diitung pake kalkulator dulu, hehe. Dulu pas
nonton TMD 1-3, sempet kepikiran juga, gimana ya kalo nanti gue nyoba daftar
PPDS anestesi aja. Tapi, setelah terjun langsung ke dunia anestesiologi,
kayaknya gue ga bisa deh jadi spesialis anestesi. Hehe.