Thursday, October 27, 2011

Kucing Adalah Hewan Yang Aneh

Sepertinya saya tidak begitu suka melihat hewan berbulu, pendek, bergerak lambat, bertaring (haha, namanya juga carnivora), dan mengeluarkan suara ‘meooong’ dengan manjanya seolah innocent. Kejadian ini hanya berselang kurang dari 8 jam setelah saya melihat bukti2 otentik dari kejadian sebelumnya yang menghasilkan dugaan pelaku yang sama.
                Kejadian sebelumnya (malam hari, di kos yang sepi, tidak ada aura hura-hura) sepertinya dilakukan oleh tersangka. Sebuah tas plastik berisi makanan yaitu nasi+lele yang digantungkan di handle  pintu kamar Maya ditemukan telah terkoyak seperti bekas gigitan binatang buas. Terdapat sisa-sisa serpihan makanan bekas gigitan hewan tersebut. Plastik robek sebagian dibagian bawahnya, namun isinya hanya keluar sebagian saja. Sepertinya hewan tersebut dengan dedikasi penuh terhadap kelangsungan hidupnya berusaha untuk mendapatkan durian runtuh yaitu makanan yang belum dimakan alias makanan baru.
                Kejadian kedua (pagi, senyap, bangun tidur). Sebuah onggokan berwarna coklat, berlendir, dll (ga usah dideskripsikan lebih lanjut)… intinya, kucing itu memuntahkan seonggok muntahan di keset depan pintu kamar saya. Untungnya, saat bangun tidur dan akan wudhu, saya tidak menginjak muntahan tersebut. -_-“
                Well, siapa yang suruh makan ikan yang ada durinya? Kalo nanti kamu muntahin lagi isinya? Percuma.. jangan2 kucing itu hewan yang dari lahir kena bulimia atau nggak anorexia? Kasian banget sih. Hmm, saya tidak pernah menyukai kucing, selain hanya dalam foto. 

Goodbye Vega

Kita sering merasa kehilangan ketika sesuatu hal tersebut baru pergi atau akan pergi meninggalkan kita. *haha, sok melankolis*.
                Kenapa saya menyebutkannya sebagai sesuatu hal? Karena sesuatu hal tersebut bukan orang, saudara-saudara. Sesuatu hal tersebut adalah motor saya tercinta, Yamaha Vega-R, dengan nomor plat B 6425 PFT. Saya baru merasa kehilangan sekarang, karena motor saya tersebut tidak bisa menemani saya sampai keluar dari Solo dengan membawa pulang predikat dokter. *lebay*
                Padahal si vega itu setia mengantar saya kemana-mana, mulai dari ke kampus, beli makan, ke terminal, ke luwes, ke rumah dosen, ke mall, ke stasiun, dan yang paling penting: FIELD LAB.
                Emang sih, kalo pas lagi FL, saya memang sering tertinggal, karena sepertinya Vega ini motor yang diperuntukkan untuk orang-orang yang santai, bukan tukang ngebut. Tidak seperti motor-motor tangguh misalnya Jupiter atau Supra X-125 R, body Vega yang ringan membuat pengendaranya merasa seperti ‘terbang’ jika memacu motor dengan kecepatan tinggi.
                Saya baru tersadar, mungkin Ayah saya tercinta memilihkan Vega menjadi motor saya karena khawatir saya akan ngebut, karena maklumlah, waktu itu saya masih menjadi ababil *ABG labil, hahaha*. Betapa bahayanya kalau saya kebut-kebutan di jalan raya, dan pulang dengan kondisi tidak utuh *bukan motornya, tapi orangnya*.
                Kemarin, sesaat sebelum saya mengantarkan Vega ke agen pengiriman paket di Stasiun Balapan, saaya memutuskan untuk mengambil foto terakhir Vega di Solo, setelah 3 tahun lebih menemani saya berkelana di belantara Solo raya. Naasnya, teman kos saya memergoki kekonyolan saya yang sedang sibuk mengambil gambar Vega. Hahaha. Saya pun jadi malu, dan menjadi lebih malu lagi karena teman saya itu mengetahui kalau saya malu. *hahaha, complicated enough, got it?*

                Dan, petualangan saya masih berlanjut, ditemani oleh Supri B 3472 KBU. I’ll be missing you, Vega. See you later when I’m home. :’)