Welcome to the jungle!
Sudah 4+2 minggu saya
nyemplung di belantara perkoasan RS dr. Moewardi, Surakarta. Dan saya
‘beruntung’ nyemplung di Obgyn. Yak, obgyn. Dengan kata lain, mahasiswa
preklinik yang tidak tahu apa-apa, tiba-tiba diminta ambil darah, pasang infus,
bahkan hecting alias menjahit perineum yang rupture akibat desakan kepala si
neonatus itu. Kalau beruntung, yaa bisa menarik kepala si neonatus (tapi
sebenernya Cuma gitu doang sih: versi luar – tarik kebawah – tarik keatas –
keluar deh semua bagian si neonatus), yang susah ya bikin kepala crowning,
hoho.
Minggu 1
Secara ajaib dan beruntung saya
mendapatkan VK alias kamar bersalin. Minggu pertama, sebelum keluar kota, saya
sudah lumayan bisa pasang infus, tapi ambil darah gagal, hoho. Melahirkan
plasenta juga gagal. L Cuma untungnya saya sedikit sudah tahu
caranya. DJJ, jelas bisa lah, haha. Cuma kalau perut ibunya terlalu besar atau
bayinya yang ngumpet ya mungkin agak sulit.
Minggu 2
Stase luar kota, Kebumen. Bener-bener deh
saya nggak suka dan nggak mood. Masalahnya adalah, kepala bangsal di sana
bener-bener galak (tepatnya sih ceplas-ceplos) kalau mengingatkan koas. Bosan
mungkin, melihat mbak-mbak koas. Lain lho kalau yang datang mas-mas koas. Beda
cerita,, hehe. Baru pertama kalinya saya dimarahi oleh orang asing yang baru pertama
kali ketemu. Hoho. Untungnya, ada mbak-mas koas UII. Mereka sangat meringankan
penderitaan saya. Hoho. Atau, bidan VK yang menjawab seperlunya saja. Ditanya
jawab dengan singkat, nggak ditanya diem aja. -__- katanya, bidan itu sifatnya
keibuan.. tapi, keibuan darimana ya? *bingung* oh ya, mungkin ibu tiri. Hahaha.
Minggu 3
Stase poli. Hahaha, saya benar-benar
menyukai stase poli,, bener-bener santai dan gabut. Cuma panggil-panggil
pasien, tanya-tanya residen, paling mengantar pasien NST di VK, mengambilkan
alat-alat dan bahan, yaa Cuma begitu-begitu saja. Hehe. Yang paling enak, bisa
minta tentiran sama R5, hehe.
Minggu 4
Stase luar kota (lagi), Wonogiri. Awalnya
saya males-malesan karena membayangkan keadaan dan suasana yang paling-paling
11-12 dengan Kebumen. Tapi, ternyata, much better than Kebumen. Tempatnya
dekat, kamarnya lebih bersih (di VK – kalo di mess yaa itu garasi sebenernya).
Di poli saya dapat inspekulo, bimanual, pasang IUD, oke deh pokoknya.. terus
kalo masalah partus-partus sih ya sama saja,, paling-paling DJJ yang agak
santai, soalnya ada adik kebidanan yang membantu tugas koas. Hehe. Mereka
baik-baik lho.. oiya, di Wonogiri, saya dan teman-teman sempat jalan-jalan ke
waduk diajak residennya lho,, hehe. R3 kami ini baik sekali, bapak-bapak
banget, hehe.
Minggu 5
Bangsal onkologi. Katanya, stase ini
jalan-jalan. Tapi.. banyak yang mesti dikerjakan. Tidak seperti cerita
teman-teman lainnya. Substase onko ini dipegang oleh dua orang R5. Keduanya
berbeda sekali bagaikan langit dan bumi #pujanggamode:on. Yang satu, baik
sekali, bersedia memberi bimbingan koas. Akan tetapi, satunya lagi,, -___-
>> DKT alias daya kongkon tinggi (kongkon: suruh (dalam bahasa jawa)).
Usut punya usut, R5 berDKT ini adalah seorang tentara. Agak maklum, karena
lingkungan sebelumnya menyediakan segala sesuatu yang diperlukan (baca: tinggal
suruh). hehe. Jadi, santai saja, anggap biasa saja. Jalankan tanpa beban, iya
iya saja. :p
lanjutan... (setelah selesai stase Obgyn)
Minggu 6
VK IGD. Minggu ini mulai menghilang, agak
sedikit malas karena sudah bosan melihat ibu hamil bergelimpangan di semua
sudut ruangan. Berhubung junior sudah masuk di minggu ke 5, tugas koas senior
agak santai.. hehe. Junior kami ini angkatan 2007, sudah 'nyemplung' di banyak
stase lain sebelumnya. Jadi, tidak perlu diajari banyak-banyak. Mereka jauh
lebih pintar daripada saya. :D
Minggu 7
Bangsal Obstetri. Minggu ini galauing
everyday. Mengurus preskes, jurnal, ditambah membangsal obstetric yang repot
itu. Yang paling penting, hal paling membuat galau adalah…tugas bangsal. Karena
pasien yang saya pegang, dipegang oleh R3 yang repoooot sekali (baca: rempong).
DKT, menyebalkan, payah, dan rempooong. Hampir stress saya dibuatnya. Kalau
dianalogikan dengan janin, mungkin DJJ sudah turun jadi 8-7-8. >.<. Sebelumnya,
kalau saya sedang berada di dekat residen ini, saya selalu melipir-melipir
(baca: menyingkir) dan selalu memastikan bagian nama dan foto pada nametag saya
tidak menghadap keluar agar saya tidak dapat teridentifikasi olehnya.
Bayangkan, telfon-telfon, suruh-suruh, dan
menyebalkan!! NST (Non stressed test; untuk mengukur denyut jantung janin dan
variasinya), sebenarnya bisa dilakukan di bangsal. Tapi, kertas CTG (cardiotocography,
alatnya) habis, sementara belum ada di bangsal. So, saya harus menggeret-geret
pasien kesana kemari seperti Ayu Tingting. *ngelantur*. Dan lagi, hasil NST
tidak selalu bagus sesuai dengan keinginan residen. Tapi, kalau dipikir-pikir,
residen harus mencari tahu juga, kenapa hasil NST bisa jelek. Bukan hanya
menyalahkan koas dan menyuruh mengulang-ulang sampai koasnya sinkop! *lebay* Saking
saya panik mengurus pasien-pasien ini, sepatu saya tertinggal di VK, saya jalan
mengantar pasien kembali ke bangsal dengan sandal. Karena takut dilihat staf
memakai sandal, saya kembali ke VK untuk mengambil kembali sepatu saya.
R3 rempong : kamu dimana? ini pasien di
NST!
Saya :
di VK dok, ambil sepatu/
R3 rempong : walah,, cepetan! Ini pasien di
NST lagi!! Gimana sih, kok malah kesana-kesana lho!
Saya :
iya dok.
Dalam 5 menit, saya lari-lari ke bangsal,
ambil pasien cepat-cepat kemudian didorong ke VK. Si R3 rempong ini masih di
nurse station bangsal. 10 menit kemudian, R3 telfon saya lagi.
R3 rempong : he,, kamu dimana lagi?
saya :
di VK dok
R3 rempong :
gimana sih, pasiennya dibawa ke VK!
saya :
udah dok, ini udah di VK! Pasien udah ada di VK, ini lagi nunggu gantian
pake CTGnya! (tone: 50% teriak, 50% membentak, haha)
*lega karena sudah balas membentak*
(hahahha, dalam hati ketawa-ketawa. payah banget sih, masa ga liat tu pasien
keluar dari bangsal. Padahal pintu kamar pasien itu persis didepan nurse
station).
R3 rempong : hooh, yaudah.
wakakaka, R3 rempoong!!!
Minggu
8
Bangsal Gyn. Mulai menghilang dari
peredaran sama sekali. Ada ujian tulis stase, ada ujian dengan staf. Cerita-cerita
ujian yang menyedihkan dengan partner yang agak konyol-konyol tapi hasil
ujiannya kurang memuaskan.. dan menghasilkan minggu terakhir yang meaningless.
Overall, setelah meninggalkan Obgyn, ini
hasil penilaian saya:
Obgyn menyenangkan, sibuk dengan pekerjaan
yang setumpuk, penuh dengan kehectic-an, siap-siap untuk kurang tidur, dan berkompromi
dengan badan yang berteriak-teriak minta istirahat. Seru, menyenangkan (baca:
asik), belajar banyak dari melihat dan mencoba, bukan membaca (baca: butuh
otot). Itulah mengapa kebanyakan dokter obgyn adalah bapak-bapak, om-om, dan
mas-mas (yah, pokoknya laki-laki lah), yang punya banyak tenaga dan tidak mudah
lelah. Melihat ke-hectic-an obgyn, dari awal saat preklinik, tidak ada niat
sedikitpun untuk PPDS obgyn, karena konsekuensinya banyaak sekali. :D. Obgyn
sudah lama dicoret dari ‘PPDS plan’ saya. Hehe :D. *sotoy banget, mending juga
keterima, haha*