Tuesday, April 24, 2012

Welcoming Obgyn



Welcome to the jungle!
                Sudah 4+2 minggu saya nyemplung di belantara perkoasan RS dr. Moewardi, Surakarta. Dan saya ‘beruntung’ nyemplung di Obgyn. Yak, obgyn. Dengan kata lain, mahasiswa preklinik yang tidak tahu apa-apa, tiba-tiba diminta ambil darah, pasang infus, bahkan hecting alias menjahit perineum yang rupture akibat desakan kepala si neonatus itu. Kalau beruntung, yaa bisa menarik kepala si neonatus (tapi sebenernya Cuma gitu doang sih: versi luar – tarik kebawah – tarik keatas – keluar deh semua bagian si neonatus), yang susah ya bikin kepala crowning, hoho.

Minggu 1
Secara ajaib dan beruntung saya mendapatkan VK alias kamar bersalin. Minggu pertama, sebelum keluar kota, saya sudah lumayan bisa pasang infus, tapi ambil darah gagal, hoho. Melahirkan plasenta juga gagal. L Cuma untungnya saya sedikit sudah tahu caranya. DJJ, jelas bisa lah, haha. Cuma kalau perut ibunya terlalu besar atau bayinya yang ngumpet ya mungkin agak sulit.

Minggu 2
Stase luar kota, Kebumen. Bener-bener deh saya nggak suka dan nggak mood. Masalahnya adalah, kepala bangsal di sana bener-bener galak (tepatnya sih ceplas-ceplos) kalau mengingatkan koas. Bosan mungkin, melihat mbak-mbak koas. Lain lho kalau yang datang mas-mas koas. Beda cerita,, hehe. Baru pertama kalinya saya dimarahi oleh orang asing yang baru pertama kali ketemu. Hoho. Untungnya, ada mbak-mas koas UII. Mereka sangat meringankan penderitaan saya. Hoho. Atau, bidan VK yang menjawab seperlunya saja. Ditanya jawab dengan singkat, nggak ditanya diem aja. -__- katanya, bidan itu sifatnya keibuan.. tapi, keibuan darimana ya? *bingung* oh ya, mungkin ibu tiri. Hahaha.

Minggu 3
Stase poli. Hahaha, saya benar-benar menyukai stase poli,, bener-bener santai dan gabut. Cuma panggil-panggil pasien, tanya-tanya residen, paling mengantar pasien NST di VK, mengambilkan alat-alat dan bahan, yaa Cuma begitu-begitu saja. Hehe. Yang paling enak, bisa minta tentiran sama R5, hehe.

Minggu 4
Stase luar kota (lagi), Wonogiri. Awalnya saya males-malesan karena membayangkan keadaan dan suasana yang paling-paling 11-12 dengan Kebumen. Tapi, ternyata, much better than Kebumen. Tempatnya dekat, kamarnya lebih bersih (di VK – kalo di mess yaa itu garasi sebenernya). Di poli saya dapat inspekulo, bimanual, pasang IUD, oke deh pokoknya.. terus kalo masalah partus-partus sih ya sama saja,, paling-paling DJJ yang agak santai, soalnya ada adik kebidanan yang membantu tugas koas. Hehe. Mereka baik-baik lho.. oiya, di Wonogiri, saya dan teman-teman sempat jalan-jalan ke waduk diajak residennya lho,, hehe. R3 kami ini baik sekali, bapak-bapak banget, hehe.

Minggu 5
Bangsal onkologi. Katanya, stase ini jalan-jalan. Tapi.. banyak yang mesti dikerjakan. Tidak seperti cerita teman-teman lainnya. Substase onko ini dipegang oleh dua orang R5. Keduanya berbeda sekali bagaikan langit dan bumi #pujanggamode:on. Yang satu, baik sekali, bersedia memberi bimbingan koas. Akan tetapi, satunya lagi,, -___- >> DKT alias daya kongkon tinggi (kongkon: suruh (dalam bahasa jawa)). Usut punya usut, R5 berDKT ini adalah seorang tentara. Agak maklum, karena lingkungan sebelumnya menyediakan segala sesuatu yang diperlukan (baca: tinggal suruh). hehe. Jadi, santai saja, anggap biasa saja. Jalankan tanpa beban, iya iya saja. :p

lanjutan... (setelah selesai stase Obgyn)

Minggu 6
VK IGD. Minggu ini mulai menghilang, agak sedikit malas karena sudah bosan melihat ibu hamil bergelimpangan di semua sudut ruangan. Berhubung junior sudah masuk di minggu ke 5, tugas koas senior agak santai.. hehe. Junior kami ini angkatan 2007, sudah 'nyemplung' di banyak stase lain sebelumnya. Jadi, tidak perlu diajari banyak-banyak. Mereka jauh lebih pintar daripada saya. :D

Minggu 7
Bangsal Obstetri. Minggu ini galauing everyday. Mengurus preskes, jurnal, ditambah membangsal obstetric yang repot itu. Yang paling penting, hal paling membuat galau adalah…tugas bangsal. Karena pasien yang saya pegang, dipegang oleh R3 yang repoooot sekali (baca: rempong). DKT, menyebalkan, payah, dan rempooong. Hampir stress saya dibuatnya. Kalau dianalogikan dengan janin, mungkin DJJ sudah turun jadi 8-7-8. >.<. Sebelumnya, kalau saya sedang berada di dekat residen ini, saya selalu melipir-melipir (baca: menyingkir) dan selalu memastikan bagian nama dan foto pada nametag saya tidak menghadap keluar agar saya tidak dapat teridentifikasi olehnya.
Bayangkan, telfon-telfon, suruh-suruh, dan menyebalkan!! NST (Non stressed test; untuk mengukur denyut jantung janin dan variasinya), sebenarnya bisa dilakukan di bangsal. Tapi, kertas CTG (cardiotocography, alatnya) habis, sementara belum ada di bangsal. So, saya harus menggeret-geret pasien kesana kemari seperti Ayu Tingting. *ngelantur*. Dan lagi, hasil NST tidak selalu bagus sesuai dengan keinginan residen. Tapi, kalau dipikir-pikir, residen harus mencari tahu juga, kenapa hasil NST bisa jelek. Bukan hanya menyalahkan koas dan menyuruh mengulang-ulang sampai koasnya sinkop! *lebay* Saking saya panik mengurus pasien-pasien ini, sepatu saya tertinggal di VK, saya jalan mengantar pasien kembali ke bangsal dengan sandal. Karena takut dilihat staf memakai sandal, saya kembali ke VK untuk mengambil kembali sepatu saya.

R3 rempong  : kamu dimana? ini pasien di NST!
Saya             : di VK dok, ambil sepatu/
R3 rempong  : walah,, cepetan! Ini pasien di NST lagi!! Gimana sih, kok malah                          kesana-kesana lho!
Saya             : iya dok.

Dalam 5 menit, saya lari-lari ke bangsal, ambil pasien cepat-cepat kemudian didorong ke VK. Si R3 rempong ini masih di nurse station bangsal. 10 menit kemudian, R3 telfon saya lagi.

R3 rempong : he,, kamu dimana lagi?
saya            : di VK dok
R3 rempong : gimana sih, pasiennya dibawa ke VK!
saya            : udah dok, ini udah di VK! Pasien udah ada di VK, ini lagi nunggu                        gantian pake CTGnya! (tone: 50% teriak, 50% membentak, haha)
*lega karena sudah balas membentak* (hahahha, dalam hati ketawa-ketawa. payah banget sih, masa ga liat tu pasien keluar dari bangsal. Padahal pintu kamar pasien itu persis didepan nurse station).
R3 rempong : hooh, yaudah. 

wakakaka, R3 rempoong!!!

Minggu 8
Bangsal Gyn. Mulai menghilang dari peredaran sama sekali. Ada ujian tulis stase, ada ujian dengan staf. Cerita-cerita ujian yang menyedihkan dengan partner yang agak konyol-konyol tapi hasil ujiannya kurang memuaskan.. dan menghasilkan minggu terakhir yang meaningless.

Overall, setelah meninggalkan Obgyn, ini hasil penilaian saya:
Obgyn menyenangkan, sibuk dengan pekerjaan yang setumpuk, penuh dengan kehectic-an, siap-siap untuk kurang tidur, dan berkompromi dengan badan yang berteriak-teriak minta istirahat. Seru, menyenangkan (baca: asik), belajar banyak dari melihat dan mencoba, bukan membaca (baca: butuh otot). Itulah mengapa kebanyakan dokter obgyn adalah bapak-bapak, om-om, dan mas-mas (yah, pokoknya laki-laki lah), yang punya banyak tenaga dan tidak mudah lelah. Melihat ke-hectic-an obgyn, dari awal saat preklinik, tidak ada niat sedikitpun untuk PPDS obgyn, karena konsekuensinya banyaak sekali. :D. Obgyn sudah lama dicoret dari ‘PPDS plan’ saya. Hehe :D. *sotoy banget, mending juga keterima, haha*