Friday, September 14, 2012

Stase #6: Anestesi


Oke. Stase ini cukup berkesan sepertinya. *secara dulu sempat pernah kepengen PPDS bagian ini*
Dulu namanya anestesiologi dan reanimasi. Tapi karena konon katanya definisi harafiahnya reanimasi itu “menghidupkan lagi”, maka, namanya diganti jadi Anestesiologi dan Terapi Intensif. Begitu ceritanya. *lho, segitu doang? Haha*
Stase ini keren, dengan residen yang keren. Residennya mandiri sekali lho.. jarang sekali meminta tolong (baca: nyuruh) koas ini itu. Paling-paling hanya antar-jemput resep dan obat ke apotek dan OK (baca: operatie kamer – kamar operasi), kemudian memeriksa pasien konsulan yang nantinya juga dilihat ulang oleh residen. Hmm, itu juga termasuk nyuruh sih, tapi gak separah residen-residen bagian besar yang heboh (contoh: obg*n dan b*d*h – terparah se-rumah sakit nih) hehe.
Selain itu, residen anestesi juga punya sifat dan pembawaan yang tenang, peka terhadap suara-suara baik di monitor vital sign di ruang resusitasi (RR) maupun di dalam OK. Karena saat saturasi turun, maka nada yang didengar jadi turun juga. Kasarannya, tanpa melihat pun, residen sudah tahu dari bunyinya, haha. Dan gue pun sekarang juga jadi agak peka mendengar suara-suara seperti itu.
Pembawaan tenang itu sepertinya sifat mutlak residen anestesi. Kalau ada pasien datang di RR, yang biasanya kondisinya tidak mungkin dalam keadaan umum yang baik, maka residen yang jaga harus segera bertindak cepat. Pasang ET kek, pasang sungkup dan mulai bagging kek, RJPO kek, epinefrin kek, kasih sulfas atropin kek, ngapain kek, asal jangan malah terpesona aja. Bayangkan, kalau ada pasien apneu atau dispneu, kalo residennya ikut panik bagaimana coba? Haha.
Nah, (ini part terpenting dalam tulisan gue, haha) gue belum punya sifat tenang kayak gitu, yang diperlukan oleh residen anestesi. Dan gue ga punya tangan besar (penting nih) buat nyungkup (baca: bagging) pasien yang lagi dilaksanakan general anestesi (GA) (FYI: pasien GA itu pernapasannya lumpuh, jadi anestesiologis harus membackup napas pasien sampai pasien bisa napas spontan lagi, which is mendekati operasi selesai, hehe).
Gue jadi inget anestesiologisnya Team Medical Dragon, Arase Monji, yang ahli nujum berat badan. Tanpa ngukur dan nanya dulu, Arase bisa memperkirakan berat badan orang dengan sangat tepat. Gilee, keren banget ya.. apalagi masalah itung-itungan, keren banget, dosisnya ga pake diitung pake kalkulator dulu, hehe. Dulu pas nonton TMD 1-3, sempet kepikiran juga, gimana ya kalo nanti gue nyoba daftar PPDS anestesi aja. Tapi, setelah terjun langsung ke dunia anestesiologi, kayaknya gue ga bisa deh jadi spesialis anestesi. Hehe.