Berhubung adek saya yang satu ini (--ya emang Cuma
satu sih) ga ada kerjaan post UN SMA, sambil nunggu registrasi on desk masuk
universitas, dia pingin nginep di Solo dengan motivasi jalan-jalan ke Jogja.
Yes, Jogja. Gak mesti seluruh Jogja, tapi cuma tempat wisata yang major aja.
Sebenarnya adik saya ini sudah pernah ke Jogja, tapi itu dulu, sewakktu saya SD
dan dia masih TK –dia jelas udah lupa (keterbatasan memori anak TK, hehe).
Haha. Jadi dia protes, dan pingin jalan-jalan ke Jogja lagi.
Jadilah Minggu pagi tanggal 12 Mei 2013, kami naik kereta Prameks (jurusan
Solo-Jogja) jam 5.30 dari stasiun Solobalapan, turun di stasiun Maguwo,
sekitaran jam 6.30. Jam 7 Mama telpon, trus kaget kedua anaknya sudah sampai
Prambanan sepagi itu (biasanya masih tidur, apalagi hari Minggu, hehe). Yak,
destinasi pertama adalah: Prambanan. Dari Maguwo bisa naik bus TransJogja rute
1A, nanti busnya berjalan kearah timur ( --balik lagi). Tapi menurut saya lebih
enak daripada naik bis Solo-Jogja (yang luamaa banget). Murah lho harga tiketnya.
Single trip, 3 ribu rupiah saja J. Halte TransJogja ada di pasar Prambanan. Dari
pasar bisa naik becak ke dalam kompleks candi. Harga jasanya 15 ribu rupiah,
cukup lumayan daripada harus jalan kaki sekitar +- 1,5 km.
Di Prambanan, karena masih pagi, pada awalnya sepi
pengunjung, tetapi semakin tinggi matahari, wisatawan yang datang semakin
banyak dan kompleks candi menjadi semakin ramai J. Di kompleks ini selain candi (yaiyalah),
ada museum, panggung sendratari Ramayana (kayaknya sih biasanya malam hari),
taman bermain, toilet (hehe, tentu saja). Dalam kompleks ini ada fasilitas sewa
sepeda yang single maupun tandem (20 ribu rupiah per jam), selain itu bisa naik
kereta mini juga ( lupa harganya). Oiya, tiket masuk kompleks candi Prambanan
ini (tanpa masuk ke candi Sewu) adalah 30 ribu rupiah.
Ini adik saya didepan pintu masuk candi Prambanan |
Di dalam candi Siwa, candi terbesar dalam kompleks candi Prambanan |
Kelar keliling kompleks candi sampai gempor, kami
lanjut naik bis TransJogja lagi, rute 1A
lagi. Kali ini tujuan kami adalah pusat kota (Malioboro, Benteng Vrederburg,
Keraton, dan Taman Sari). Karena lapar belum sarapan, demi kepastian kebersihan
makanan dan kejelasan makanan, kami memilih makan di McD (--yaah, penonton
kecewa. Haha) di Malioboro Mall. Setelah itu kami jalan sampai depan Pasar
Beringharjo. Eh, ditawarin becak sama bapak pengemudi becak. Saya tanya ‘Keraton
berapa pak?’ – ‘lima ribu mbak’. Oke, jadilah saya setuju naik becak demi
prinsip #hemattenaga.
Sampai di Keraton, kami masuk keraton. Tiket
masuknya 5 ribu rupiah. Kalau membawa kamera, ada chargenya 2 ribu rupiah. Kami
keliling keraton Jogja, bersama puluhan orang lainnya, termasuk anak-anak SD
yang cukup heboh. Ngekor rombongan yang ada guidenya. Hehehe. Ruang pamer
keraton Jogja yang go public sih menurut saya nggak sebanyak museum keraton
Solo. Displaynya lebih sedikit daripada museum keraton Solo.
Kelar keliling keraton, kami ketemu lagi bapak
pengemudi becak (beda orang lho sama yang tadi, hehe) yang menawarkan 3 in 1 trip:
Museum Kereta Keraton, pabrik dagadu, dan pabrik bakpia, harga jasanya 10 ribu
rupiah. Saya tanya ‘kalo Taman Sari pak?’ – ’10 ribu mbak’. Okelah, demi
prinsip #hemattenaga, saya setuju naik becak lagi ke Taman Sari.
Bapak becak tersebut membawa kami ke tempat
pertama: Museum Kereta. Disana tiket masuknya 3 ribu rupiah, izin foto 2 ribu
rupiah. Kami keliling-keliling museum yang lebih mirip kayak showroom mobil
gitu deh (kereta jaman dulu = mobil jaman sekarang). Kemudian kami dilewatkan
ke pabrik (menurut saya sih, semacam workshop atau showroom) dagadu dan bakpia
pathok. Kemudian baru menuju tempat tujuan yang sebenarnya: Taman Sari.
Nah, bapaknya itu membawa kami ke Taman Sari lewat
istana air (pintu belakang). Nah, tentu saja kami bingung kayak anak ayam ilang
mencari dimanakah loket dan Taman Sari yang ada kolam-kolam airnya seperti yang
ada di foto-foto. Kami masuk terowongan, balik lagi, kemudian masuk lagi, dan
baru menyadari kalo loketnya ada di ujungnya terowongan tersebut. J
Kami masuk Taman Sari, harga tiketnya 3 ribu
rupiah. Kemudian bersamaan dengan segerombolan orang (--ga tau darimana deh)
kami masuk ke area kolam. Yah, mungkin sedang tidak beruntung, airnya berwarna
hijau dan air mancurnya tidak sedang dinyalakan. Hahaha. Sebenarnya ada satu
lagi kompleks Taman Sari, yaitu Sumur Gumuling, tapi saya sudah keburu lelah
membayangkan perjalanan menuju tempat itu yang harus keluar-masuk perkampungan.
Taman Sari nih, hehe :) |
Kelar dari Taman Sari, kami naik becak lagi
(#hemattenaga) menuju tujuan berikutnya, yaitu benteng Vrederburg. Kali ini
ongkos becaknya 15 ribu, karena jaraknya agak jauh dan menanjak. FYI,
Vrederburg posisinya dekat dengan Beringharjo –lokasi awal naik becak. Hehe.
Tiket masuk Vrederburg ini paling murah lho, cuma 2 ribu rupiah. Menurut saya,
Vrederburg ini mirip seperti Monas gitu, isinya display barang-barang
bersejarah, diorama dan sejarah perjuangan Indonesia, khususnya rakyat Jogja
dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI. Di Vrederburg, kami istirahat
dan sholat (di mushola yang dulu menjadi penjara).
males minta fotoin orang lewat+ga pake tripod = begini ini :D |
Ini dari arah dalamnya Vrederburg |
Selesai dari Vrederburg, kami berjalan menyusuri
jalan Malioboro, sempat masuk Pasar Beringharjo (adik saya membeli rok batik).
Kemudian kami pusing melihat kerumunan orang dalam pasar, yang luar biasa
ramai. Karenanya, kami memutuskan untuk keluar pasar dan kembali ke pinggiran
jalan Malioboro. Berhubung masih agak kenyang, kami memutuskan untuk membeli
burger KFC di Malioboro Mall (KFC di lantai paling atas), sambil ngadem. Hehe.
Kelar makan burger, kami jalan menuju stasiun Tugu, beli tiket prameks, terus
naik kereta jam 14.40.
Jogja trip accomplished. :D