Wednesday, June 6, 2012

Profesionalisme Koas


                Tadi saya membaca artikel tentang dokter muda, dimana sebuah harian menyorot soal sandal jepit yang digunakan saat jaga, dan konsekuensinya terhadap profesionalisme tenaga kesehatan *agak gak nyambung, yah namanya juga mencari sensasi, hehe*. Silahkan baca beritanya. Ini merupakan peristiwa nyata di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar—tempat kegiatan para dokter muda Universitas Udayana. Tulisan berikut di blog ini  (recommended untuk dibaca) merupakan kutipan berita beserta tanggapan dari seorang dokter muda (sekarang sudah menjadi residen) terhadap berita tersebut.

                Masih bertema sama, profesionalisme. Teman saya yang juga koas (=dokter muda) di stase yang berbeda, curhat tentang teman satu stasenya. Bahwa, dia sudah berusaha membangun image se-profesional, se-meyakinkan, se-formal, dan se-dewasa mungkin di depan pasien, tetapi image tersebut dihancurkan oleh teman satu stasenya itu dengan attitudenya yang masih ‘mahasiswa banget’, hehe. Kasihan sekali L.
                Oiya, sedikit curhat, saat saya sedang jaga malam, terkadang saya dipanggil “SUS”. Haha. Rasanya agak sebel deh kalau dipanggil-panggil seperti itu. Padahal, baju jaga kami sebagai dokter muda diberi tulisan border dengan huruf besar-besar – nama dan dibawahnya tertulis: “DOKTER MUDA“. Yah, saya agak maklum. Mungkin pasien tersebut mengalami myopia berat atau sedang tidak dalam kesadaran penuh. Hehe. Mungkin juga karena baju kami terlihat seperti satu setel piyama berwarna abu-abu yang agak mirip-mirip dengan seragam petugas kebersihan. #nooffense. Kemungkinan terbesar, belum muncul ‘aura’ dokter dari dalam diri para koas baru. Hahaha. *ngelantur*
Yah, jujur saya merasa tertohok. Jaga dengan sandal jepit? Iya. Membangun image professional? Belum.
                Poin pertama, saya tidak setuju kalau penggunaan sandal jepit saat jaga menurunkan nilai profesionalitas para tenaga kesehatan. Penggunaan sepatu tertutup lebih dari 24 jam jelas membuat kaki tidak sehat. Lagipula, sandal lebih mudah dicopot ketika masuk ICU, sandal lebih mudah dicuci ketika kotor terkena sesuatu, dan lain sebagainya. Yang penting, dokter bisa menangani pasien sesuai standar operasional prosedur yang berlaku dan sesuai dengan kompetensinya. Pasien tidak akan protes kok, dilayani oleh dokter dan koas yang menggunakan sandal jepit. Saya dukung dokter muda menggunakan sandal jepit!! Hehe
                Poin kedua. Gaya bicara, tutur kata, pembawaan, attitude, dan gerak tubuh harus menyesuaikan dan menyerupai dokter ‘betulan’ semirip mungkin. Kenapa? Agar pasien percaya bahwa dokter muda ini juga professional, dan mempunyai kemampuan yang cukup untuk menangani pasien. Minimal, anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan seoptimal mungkin. Benar yang ibu saya bilang dari dulu, jauh sebelum masuk koas – pada waktu saya masih menikmati indahnya masa preklinik. Hehe. Membangun image professional itu penting lho!
                Baiklah, kesimpulannya, semakin lama menjadi koas harus lebih belajar bagaimana cara menempatkan diri diantara struktur rumah sakit yang ada: residen, staf, dan juga pasien tentunya. Bagaimana bicara yang baik agar dipercaya sebagai dokter muda yang baik, dan bagaimana caranya memberikan pelayanan yang terbaik. Semoga kedepannya, para koas jaga tidak ada lagi yang dipanggil ‘SUS’! Hahaha :D