Saturday, May 26, 2012

Stase #2: Jaga Perdana di Stase Anak


Oke. Walaupun besok ada pretest dan posttest, saya sempatkan sedikit menulis ‘outcome’ jaga tadi malam.

Jadi, tadi malam, saya jaga perdana di stase anak. Hoho, kukira stase ini menyenangkan karena bakal ketemu anak-anak kecil yang lucu-lucu. Tapi, nyatanya, mereka memang lucu, ASALKAN tidak MENANGIS! Ketika mereka menangis, segala pekerjaan perkoasan, perKUVSan (-- memeriksa keadaan umum pasien dan juga vital sign: tekanan darah, nadi, napas, suhu) menjadi SANGAT SULIT. Ambil contoh, anak dengan thymoma dan ALL (Acute Lymphoblastic Leukemia) tenang diam saja saat saya KUVS untuk pertama kalinya. Namun, kali kedua dan ketiga, anak tersebut rewel dan menendang ke segala arah walaupun saya baru mengeluarkan thermometer dan stetoskop. Selanjutnya? Hanya dikira-kira saja, berapa normalnya..

Kadang walaupun saya sudah mengeluarkan segala jurus jitu untuk membujuk anak, anak tersebut tetap saja menangis dan rewel. Padahal, muka saya sudah saya bentuk se-innocent mungkin, semanis mungkin, senyum sana-sini sampai pegel, jurus rayuan-gombalan maut sudah dikeluarkan juga, contohnya “wah, pinter yaa, yuk yuk diperiksa dulu yuk, anak pinter kok, ganteng lagi” dan sebagainya dan seterusnya, tetap saja si anak rewel tendang sana-sini tidak mau diperiksa. Kalau saja si anak tahu, bahwa koas itu sebetulnya juga lelah lho, -_-.

Padahal, sebenarnya, pemeriksaan yang dilakukan koas itu semuanya kan non-invasif dan sama sekali tidak sakit. -_-. EKG, KUVS, echo (yang ini dilakukan staf) kan tidak sakit.. Mungkin peran orangtua juga berpengaruh. Kadang orangtua menakuti anaknya dengan kata-kata ‘nanti disuntik lho sama pak dokter/bu dokter’. Waduh, dokter kan bukan tukang suntik! -_-. Seharusnya teknik persuasifnya lebih digencarkan lagi, bukan malah ditakut-takuti. Efeknya, anak tersebut takut bertemu dengan dokter. *sigh*

Hipotesisnya, sementara ini, sepertinya saya jadi nggak mau alias kurang tertarik jadi dokter spesialis anak lagi. Repot soalnya.