Berapa persen anak kecil yang bercita-cita jadi
dokter? Berapa persen orangtua yang menanamkan ‘ide’ agar anaknya mau jadi
dokter? Waktu saya kecil dulu, sepertinya profesi ini menjadi cita-cita idaman
anak-anak TK, bersama dengan pilot, arsitek, dan presiden. Sepertinya di Taman
Kanak-Kanak belum muncul cita-cita seperti akuntan, ekonom, pengacara, atau
diplomat. Hahaha. Anak-anak itu memang masih polos. :D
Bagaimana perjalanan studi dokter? Ketika mereka
masih menjadi mahasiswa FK, mereka sering bergadang untuk belajar dan bangun
pagi-pagi sekali untuk mengikuti pre-test jam 05.30 (bahkan gerbang belakang
kampus pun belum dibuka). Ketika lulus sarjana dan menjadi koas, mereka harus
sudah berada di bangsal jam 05.30 untuk follow up (memeriksa pasien) setiap
pagi. Setelahnya mereka mengikuti kegiatan akademik seperti diskusi, atau mengikuti
pelayanan di poliklinik atau IGD. Setelah selesai kegiatan resmi jam 14.00
mereka melaksanakan tugas jaga yang dibagi bergiliran. Sampai kapan? Sampai jam
07.00 esok harinya. Di sela-sela waktu jaga mereka sempatkan untuk follow up
pasien yang menjadi tanggung jawab mereka. Frekuensi jaga setiap koas tergantung
pada besar/kecilnya bagian/stase (seperti penyakit dalam, bedah, anak,
kebidanan dan kandungan, dan lain sebagainya), dan juga bergantung pada jumlah
koas dalam satu stase tersebut.
Setelah selesai menjalankan kepaniteraan klinik
(koas), mereka mengikuti ujian kompetensi dokter Indonesia (UKDI). Setelah dinyatakan
lulus, mereka masih harus mengikuti program internship alias magang di RS yang
ditunjuk. Selesai itu? Ada yang kembali sekolah spesialis (PPDS), atau bekerja
dimana saja, PNS, klinik, maupun tempat pelayanan kesehatan lainnya.
Bagaimana dengan dokter spesialis? Kegiatan dokter spesialis sangat padat, jangan
berkecil hati dan menganggap dokter spesialis meremehkan pasien yang sudah
menunggu lama. Percayalah, beliau-beliau ingin sekali tepat waktu untuk
melayani keluhan anda. Ketika beliau berpraktik di klinik/rumah sakit sebelum
ke klinik tempat anda periksa, saat jam praktiknya hampir habis, pasien masih
saja berdatangan. Beliau tentu saja tidak dapat menolak. Pasien tersebut datang
dari jauh. Karena itu beliau hanya bisa mohon maaf atas keterlambatan waktunya
untuk memeriksa anda.
Dokter spesialis pun, siap dipanggil jam berapa
pun ke rumah sakit jika pasien gawat. Bahkan di bagian tertentu, dokter
spesialis masih bersiap jaga di rumah sakit. Dokter spesialis dengan bidang
non-bedah pun siap ditelepon 24 jam oleh perawat jaga yang meminta instruksi
dokter spesialis. Ketika telepon seluler berdering di tengah malam, artinya
pasien membutuhkan dokter spesialis tersebut.
Karena itu, untuk anak-anak SMP-SMA yang masih punya
cita-cita jadi dokter, tapi belum ada gambaran yang jelas tentang bagaimana
jenjang karir alias metamorfosis menjadi dokter, penting sekaliuntuk mengetahui
proses tersebut. Setelah mengetahui prosesnya, bisa pikir-pikir lagi. Dunia kedokteran
yang sebenarnya berbeda jauh dengan dunia kedokteran di mata anak-anak TK yang
penuh dengan bunga J. Hehehe.
Akan tetapi, untuk yang masih pantang menyerah
untuk memilih jalur ini setelah mengetahui gambarannya, salut untuk mereka. Tentu
saja dibalik sebuah kesulitan pasti ada kemudahan. Kemudahan seorang dokter adalah, dapat bekerja
di ladang amal sepanjang hidupnya. Hal inilah yang memberikan semangat
dokter-dokter tersebut saat melaksanakan tugas dan kewajibannya. Hidup Dokter
Indonesia! J