Saturday, April 18, 2015

TOEFL(R) ITP

TOEFL(R) ITP merupakan suatu tes bahasa Inggris internasional, yang dipatenkan oleh lembaga ETS. Jadi, kalau mau coba TOEFL yang sebenarnya, kita harus tes TOEFL di lembaga bahasa yang mewakili atau mendapatkan lisensi penyelenggaraan TOEFL. Di Jakarta, ETS diwakilkan oleh beberapa lembaga bahasa, seperti misalnya AMINEF di Kuningan dan LBI Fakultas Ilmu Budaya dan Bahasa Universitas Indonesia (LBI FIB UI), yang ada di kedua kampus yaitu di Salemba dan juga di Depok.Oh iya, untuk LBPP LIA ternyata tidak mewakili ETS, jadi disana tidak ada TOEFL, hanya diganti dengan tes yang setara, namanya EPT (English Proficiency Test). Tapi, kebanyakan ujian saringan masuk kuliah, kerja, atau beasiswa mintanya TOEFL sih, dan tidak mau diganti EPT.

Singkat cerita, saya ini adalah pengangguran, yang sedang menunggu pemberangkatan program internsip dokter Indonesia (yes, without H) --yang belum jelas tanggal pemberangkatannya. Dari awal masa pengangguran saya sudah berniat ikut TOEFL dalam rangka mencoba-coba. Dari jaman SMA dulu, saya belum pernah sekalipun ikut TOEFL yang resmi dan berlisensi dari ETS. Waktu SMA dulu memang setiap tahun ikut tes semacam TOEFL yang tidak resmi di sekolah. Tidak perlu sebut lembaganya ya. :D

Sebetulnya, niatnya di awal, saya ingin menyelesaikan buku 400 Must Have Words for TOEFL keluaran McGraw-Hill dan buku TOEFL lokal (lupa penerbitnya apa). Tapi apadaya, kemalasan melanda. Jadi saya baru membaca sekitar 1/8 buku McGraw Hill dan 1/4 buku lokal tersebut. Belajar alakadarnya saja dan seadanya saja (dasarnya pemalas sih. T.T)

Saya mendaftar ujian TOEFL di LBI FIB UI. Jadi LBI UI ini ada 2 lokasi, di kampus Salemba dan kampus Depok. Jadwalnya berbeda. Untuk daftar dan lihat-lihat jadwal ujian bisa lihat di sini. Biaya testnya 29,5 USD. Untuk memastikan ketersediaan tempat ujian nya, lebih baik telpon dulu. Calon peserta tidak perlu harus datang langsung ke LBI UI untuk mendaftar dan membayar biaya tes. Semua bisa dilakukan via telepon dan internet. :D

Saya ikut tes yang tanggal 24 April 2014, di LBI FIB UI Salemba. Sebelum mulai, ada yang bawa-bawa buku TOEFL import nan tebal yang terlihat "wow". Sementara saya, cuma belajar dengan 2 buku, itupun belum selesai dibaca. Hahaha. Tapi gapapa. Namanya juga penasaran, ingin tahu seberapa kemampuan saya. Misalnya TOEFL saya masih dibawah 500, tinggal belajar lagi kan~ pikir saya waktu itu.

Tes mulai jam 09.00 dan selesai jam 11.00. Urutan tes adalah sebagai berikut: Listening Comprehension, Structure & Written Expression, dan terakhir Reading Comprehension. Listening oke, Reading oke, cuma saya agak amburadul dan kehabisan waktu ketika mengerjakan bagian Structure. Hahaha. Hal itu pun kemudian terlihat dari skor TOEFL yang saya dapatkan.

Skor untuk listening berkisar 31-68,  structure sekitar 31-68, dan reading sekitar 31-67. Skor total TOEFL minimal adalah 310, dan maksimal adalah 677. Saya? Berada di level tengah. Cukup lah buat bekal syarat PPDS UI *pede banget*. Tapi ya.. tetap masih perlu belajar lagi.
Goodluck buat yang mau test TOEFL. Semoga sukses :).


Ya ini nih hasilnya saya tes TOEFL, biar ga dikatain no pic=hoax



Wednesday, April 1, 2015

Pengalaman dan Tips ATLS

Sudah lama sekali tidak menulis di blog ini. *tiup2 debu*

Oke. Kali ini saya mau cerita tentang pengalaman ikut ATLS alias Advance Trauma Life Support. Buat para TS dokter pasti tau lah apa sih ATLS. Bahasa awamnya sih, “kursus bedah dan trauma” gitulah kurang lebihnya. Biasanya TS yang mau jaga IGD atau PPDS atau kerja di perusahaan yang sifatnya terpencil entah offshore entah onshore disyaratkan punya sertifikat course ini.

Motivasi saya ikut ATLS ini karena saya mau PPDS ortho. *mimpi deh. badan mini kayak gini*. Saya ingin ikut course ini karena saya ga suka bedah dan trauma, suka ga pede kalau lihat pasien trauma KLL. Akan tetapi, walau ga suka, tetap harus bisa kan? *ditoyor konsulen bedah*. Selain itu, saat ini saya sudah hampir selesai internsip, biar siap kerja aja sih. (tetep aja ya. hahaha). Eh apaan sih dokter internsip? Ituloh dokter yang gajinya turun tiap 3 bulan sekali. #eh

Saya ikut course ini 27 Februari-1 Maret 2015, ikut di center pendidikan sendiri, RS Dr Moewardi, Surakarta. Homebase nya almamater tercinta, FK Universitas Sebelas Maret. Biar ngumpul aja sih sama TS lain sealmamater. Tapi ga ada salahnya kok ikut course ini kapanpun dan dimanapun TS berada (lho, kayak iklan).

ATLS biasanya diadakan di center-center pendidikan. Bukan di hotel macam ACLS. Kenapa? Mungkin karena menggunakan probandus kambing (yang baunya you-know-how). Peserta ATLS praktik langsung (cricothyroidotomy, needle thoracocentesis, pericardiocentesis, pasang chest tube, venaseksi, dll) menggunakan probandus kambing hidup. Kasian sih, tapi kambingnya dalam pengaruh general anestesi kok. Jadi ga sakit.. Oh iya, mungkin karena beli kambing itu ya, jadi ATLS jauh lebih mahal daripada ACLS (IDR 5000K vs IDR 2500K).

Sebelum ATLS, TS dipersilahkan ambil buku dan lembar pretest ke sekre ATLS di center yang TS pilih sebagai tempat mengikuti ATLS. Dikerjakan pretestnya, boleh banget lho contek-contekan sama TS lainnya. Jawabannya ada yang persis kayak di buku, ada yang mikir sendiri, dan ada yang pake acara googling. (kan generasi melek internet, :D).

ATLS ini 3 hari, sama kayak ACLS. Cuma beban materinya lebih berat dibanding ACLS. Yah silahkan TS bayangin aja. Buku setebal 370-an halaman dengan bahasa inggris. Terpaksa sih. Karena manual ATLS edisi 9 ini memang belum ditranslate kedalam bahasa Indonesia. Makanya harus dipelajari dengan kekuatan ekstra. Namanya juga orang Indonesia ye kan.. :D

Di hari ketiga, saatnya mengikuti post test dan ujian praktik. Post test berjumlah 40 soal. Batas lulus post test adalah 70, tetapi TS yang nilainya diantara 35-69 diperkenankan mengikuti ujian praktik dengan perbaikan post test secara online (setelah pelatihan selesai). Setelah mengerjakan post test, sambil menunggu hasilnya, peserta dipersilahkan makan siang. Setelah itu, TS dipanggil satu persatu untuk mengikuti ujian praktik. Biasanya sih, ujian praktik lancar-lancar saja. Probandusnya? Koas atau manekin :)

Sebelum saya ikut ATLS tentu saya juga googling referensi pengalaman ATLS dari TS di dunia maya (dan dunia nyata juga sih). Setelah saya mengikuti course ini (oh iya, alhamdulillah sih langsung lulus ga perlu mengulang post test), berdasarkan pengalaman saya dan TS lain, inilah tips-tips mengikuti ATLS:

  1. Daftar di center pendidikan sendiri. Kenapa? Biar gampang koordinasi sama sekre ATLS nya masalah pembayaran dan ambil buku dll dsb. Tapi jangan berharap diskonan ya, tetep ga ada tuh. *hiks* Oh iya, dengan daftar di center sendiri, paling tidak kita sudah kenal sama beberapa pembimbing dan penguji (konsulen bedah yang tipenya you-know-who). Jadi kalau dibentak-bentak, dalam hati bisa bilang: “ah.. biasa lah beliau emang gitu.” Hahaha.
  2. Daftar jauh-jauh hari. Selain menyiapkan mental, bisa tanya-tanya dan pinjem dulu manual punya TS lain yang sudah ikut duluan (jangan jauh-jauh tapi periodenya, biar materinya ga jauh beda).
  3. Baca buku manual sampai habis. Ada belasan bab dari awal initial assessment sampai dengan transfer. Dibaca semua jangan sampai ada yang terlewat. Paling penting untuk menekankan pada bagian yang tercetak tebal dan juga yang berwarna merah. Soal post test berkisar dari isi buku manual tersebut. Insya Allah kalau baca manual sampai habis dan mengikuti pelatihan dengan baik, bisa deh mengerjakan post test nya dengan lancar.
  4. Ambil kopi disetiap break. Walau bikin dispepsia, tapi kopi sangat membantu menstabilkan GCS TS tetap menjadi 15 saat sedang memperhatikan materi dari instruktur. Maklum, dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore, gimana ga ngantuk?
  5. Belajar bareng dengan TS lain yang ikut pelatihan. Selain bisa latihan ujian praktek bareng, bisa juga membahas soal-soal dari aplikasi di appstore/playstore yang judulnya MyATLS kalo ga salah (silahkan TS search sendiri ya..). Walau tingkat kesulitannya level dewa. Alias susah banget.
  6. Jangan berharap bisa contek-menyontek. Ga bisa, soalnya kursinya dijauh-jauhin. *huks* TS Cuma bisa mengandalkan kemampuan dan tentunya keberuntungan diri sendiri. (saya banget nih yg bagian “beruntung”) hahaha.
  7. Berdoa. Apalagi yang bisa dilakukan kalau usaha sudah mentok? Hohoho.


Oh  iya, dari 35 peserta, ada 7 orang yang langsung lulus tanpa perbaikan posttest dan mendapatkan sertifikat saat itu juga. Walau direktur course sempat membully kami (yang katanya bahasa inggrisnya agak malu-maluin), pada akhirnya beliau cukup lega karena jumlah peserta yang lulus ini 2 kali lipat dari peserta ATLS yang lulus di Jakarta. *prok prok prok*

Akhir kata, demikian sekelumit pengalaman saya dalam mengikuti ATLS dan juga beberapa tips yang ngawur, semoga bermanfaat. Selamat mengikuti ATLS , semoga lancar dan sukses. Aamiin. :)